Terjatuh beberapa kali, aku kira tidak akan terjatuh lagi. Setelah tidak mengerti kenapa harus jatuh padahal sudah berhati-hati, ternyata itu realita bahwa memang demikian dari perjalanan hidup yang aku coba maknai. Aku ternyata bukan jatuh, tetapi berdiri atau bangkit.

Kali ini tergerak dengan muncul rasa terbangkitkan pada rembulan yang sudah purnama. Bermula dari hal yang memang tidak terpikirkan, tetapi memang munculnya rasa itu tanpa prediksi, karena langsung tersungkur dan terfokus pada luka yang hanya setitik.

Fokus dengan rembulan yang ingin diraih, terlihat indah walau awalnya tidak terpikirkan rembulan indah karena terlihat seperti banyak lobang-lobang lembah.

Seutuhnya dalam hidup, pengajaran rasa bagi orang yang berkehidupan sangat ringan sekaligus berat. Ringan dalam tataran memahami dan menyelaminya sebagai bagian dari rasa.

Empat purnama, rembulan menjadi titik fokus diri yang tersedot dengan cahayanya yang lembut tetapi jelas menarik rasa dan energi. Semua seperti dalam dan halus menyelusup pada hati, dada dan raga menjadi diri tak melihat hal tersebut bagian dari realita.

Menikmati jatuh pada rembulan, menyadari bahwa ternyata aku masih bisa jatuh, dan terpapar oleh rasa yang selama ini belum ada. Prosesnya rasa tergerak pada rembulan, menyadarkan bahwa memang rasa tersebut sebagai bagian dari proses perjalanan dan rasa yang dikehendaki oleh Tuhan.

Dengan terjatuh, mengenal diri, dari raga, rasa dan jiwa. Dengan mengenal diri, menyadari bahwa ketika rasa itu datang, sesungguhnya menjadi bagian mengenal diri dan Tuhannya. Untungnya sinar mentari menyadariku, bahwa ada rembulan, ada mentari. Sang surya menyadari hakikat melepas untuk bertemu kembali, bercengkrama dalam sepi dan senyap malam bersamamu, rembulan.

Rasa tergerak pada rembulan ini akan terjaga sebagai bagian dalam menyadarkan diri akan mengenal hakikat makna gerak rasa untuk bangkit, sehingga darimu aku mengenal dirimu, diriku dan Tuhanku. Terima kasih, semoga kita semua bahagia. ☺️

Advertisement