Menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan sederhana, tetapi harus terus menerus menjadi pola gaya hidup yang ramah lingkungan. Kegiatan sederhana yang sehari-hari kita lakukan, ternyata berdampak pada lingkungan dan alam semesta. Tanpa kita sadari, pola hidup yang bersih dan rapi akan membantu keberlanjutan lingkungan dan alam. Begitu pula sebaliknya, pola hidup yang tidak tertib dan kotor, akan menghancurkan lingkungan dan alam. Dalam menjaga alam, semua pihak memiliki peran penting, baik pemerintah, swasta maupun masyarakatnya. Dalam hal ini, pemerintah telah menetapkan standar lingkungan dan Kehutanan. Lalu, seperti apa standar lingkungan dan kehutanan (Standar LHK) Indonesia?

Kamis, 22 Oktober 2015, saya berkesempatan menghadiri diskusi yang diadakan oleh Kementrian Lingkungan dan Kehutanan dengan Netizen. Adapun tema yang diusung, Peran Masyarakat Sipil dalam Pencapaian Pola Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan. Bertempat di Gedung Kementrian Lingkungan dan Kehutanan, kami mendengar pemaparan dari para narasumber, Agnes Swastikarina Gusthi dan Ahmad Nurhasjim.

Sustainable Consumption

Standar Lingkungan dan kehutanan (Standar LHK), merupakan bentuk penerapan yang pemerintah tetapkan bagi masyarakat sekaligus para pengusaha dalam menjalankan produktivitas kehidupan sehari-hari. Pemerintah telah menetapkan standar produk dan proses di bidang kehutanan, mengembangkan dan memantapkan kegiatan standarisasi kehutanan yang sinergik dengan kegiatan pemanfaatn hasil hutan, dan mendorong terwujudnya masyarakat yang sadar mutu dan lingkungan.

Fasilitas Publik Berstandar LHK
Standar lingkungan dan kehutanan dapat dilihat pada fasilitas publik. Fasilitas publik merupakan wilayah persinggungan antara masyarakat dengan infrastruktur. Fasilitas publik sangatlah penting bagi masyarakat perkotaan. Fasilitas publik bisa berupa tempat ibadah, pasar tradisional, pusat perbelanjaan, terminal, stasiun, dan taman.

Secara infrastruktur, fasilitas publik hendaknya menggunakan produk hijau sebagai prinsip ramah lingkungan. Sedangkan masyarakatnya memiliki pola hidup atau prilaku konsumsi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Bila melihat fasilitas publik, maka ketika berkunjung ke pasar, mall atau taman, sudahkah tersedia toilet yang bersih dan ramah lingkungan sehingga kita nyaman dalam menggunakannya. Begitu pula dengan masyarakat yang tidak membuang sampah sembarangan, tetapi membuangnya ke tempat sampah, termasuk membuang tisu toilet ke tempatnya.

Kadang, saya juga menemukan toilet kotor di terminal, stasiun atau rest area, maka pemilik gedung dapat merawatnya dan membuat sistem agar pengguna toilet tidak buang sampah sembarang atau jorok. Dan ketika sedang kebelet buang air, dan menemukann toilet kotor, saya biasanya menahannya dan mencari toilet yang bersih. Tapi, kadang terpaksa pipis juga kalau sudah benar-benar kebelet pipis.

Sustainable Concumtion Production

Pola Konsumsi Berkelanjutan (Sustainable Concumption)
Pola konsumsi berkelanjutan, yaitu dengan memerhatikan dampak dari mulai barang diproduksi sampai dibuang dalam penggunaan konsumsi apa pun, serta meminimalkan penggunaan sumberdaya, sampah dan polusi.

Dalam keseharian, kita tidak lepas dari sampah. Seringkali kita menggunakan kantong plastik sebagai bungkus apa pun, padahal menurut Greenarition Indonesia, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable), yang diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Bayangkan, secara kita sadari ataupun tidak, kita ternyata menggunakan bahan yang susah terurai.

Disebutkan juga, bahwa setiap orang yang menggunakan kantong plastik di Indoneia bisa mencapai 700 lembar pertahun, atau 4000 ton per hari sehingga 100 milyar kantong plastik terkonsumsi di Indonesia per tahun. Dan secara perbandingan dengan minyak bumi, bisa menghabiskan 12 juta barel minyak atau setara dengan 11 triliyun rupiah per tahun.

Kita sering mengira sampah plastik itu hanya kantong pastik, ternyata berkaitan juga dengan kemasan produk yang banyak menggunakan plastik. Dari mulai produk makanan dan minuman sampai ke produk kecantikan. Di sini, dibutuhkan kerjasama semua pihak, baik masyarakat dan pengusaha. Dalam kehidupan masyarakat kita, sudahkah kita membuang sampah pada tempatnya? Dan bagi para pengusaha, sudahkah memerhatikan produknya dari mulai pembuatan sampai pembuangan produk akhir yang menjadi sampahnya?

Sebagai masyarakat, tentunya kita ingin negara kita sebagai negara yang bersih dan rapi. Untuk itu bisa memulai dengan diri kita masing-masing dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan memilh sampah tersebut sesuai dengan jenis sampahnya. Pemilahan sampah ini untuk mempermudah dalam mendaurulangnya.

Adapun perusahaan, maka dalam penerapan proses usahanya dengan penerapan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan (SCP) pada business cycle dan businiess process. Begitu pula pada pengembangan standar produk yang ramah lingkungan dan pelayanan publik. Dalam hal sampah, bukan hanya sampah plastik, tetapi sampah elektronik juga harus diperhatikan oleh perusahaan dan masyarakat.

***

Memasuki bulan November, mendung sudah menggelayuti ibukota Jakarta. Bahkan, di beberapa tempat sudah terdengar kabar hujan. Hujan yang turun menjadi rasa syukur sekaligus kewaspadaan akan banjir dan longsor. Kemarau yang panjang dengan kebakaran hutan yang hampir di seluruh wilayah Nusantara, menjadi peringatan dan waspada bahwa sesungguhnya ada interaksi antara alam dengan manusia.

Ketika manusia sudah tidak memedulikan akan keadaan alam lingkungan sekitar, maka manusia sendiri yang akan menerima efeknya. Alam bukanlah hanya milik kita saat ini saja, tetapi alam menjadi cerita akan kehidupan manusia berikutnya juga. Sebagaimana yang kita rasakan sekarang, ketika keadaan cuaca dan alam sudah tidak bisa diprediksi lagi, tentunya ada hal lain yang menjadi perhatian dan renungan kita bersama.

Kemarau seperti enggan berlalu, padahal waktu sudah memasuki bulan November. Masa yang biasanya sudah berada pada musim hujan. Di beberapa daerah sudah mulai ada kabar hujan, tetapi tetap saja berita kekeringan dan kebakaran hutan menjadi berita yang menyayat hati. Kabar hujan yang sudah turun di bumi pertiwi, menjadi rasa syukur terhadap ilahi rabbi. Dalam perjalanannya, semua yang terjadi atas kehendak Allah swt. Namun demikian, kita harus tetap menjaga tanah air tercinta dengan berprilaku dan bergaya hidup cinta lingkungan. Lalu, bagaimana kita menjaga alam dan lingkungan?

Berikut beberapa hal yang bisa kita mulai terapkan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:
1. Tidak membuang sampah sembarangan, terutama tidak membuang sambah ke sungai.
2. Memilah pembuangan sampah plastik, kemasan dan elektronik dengan sampah yang bisa didaurulang.
3. Meminimalisir penggunaan tas plastik atau kertas dengan membiasakan membawa tas ketika akan belanja.
4. Meminimalisir penggunaan tisu dengan membiasakan membawa sapu tangan.
5. Membiasakan membawa tempat makan atau minum sebagai bekal ketika bepergian.

Wujud cinta alam dan lingkungan dengan dimulai pada diri sendiri. Selagi bisa, yuk kita mulai sama-sama dari sekarang! 🙂

Advertisement