Ajang Miss World telah di depan mata, semua persiapan telah disusun rapi. Publikasi ajang Miss World yang akan diadakan di Indonesia tahun ini telah gencar diiklankan oleh televisi pemilik media yang mempromotori acara ini.
Hari H telah ditetapkan, ijin pun sudah ada sehingga di tempatkan di Bali, warga bereaksi dengan demo di mana-mana.
Wacana Miss World digelar di televisi, media online dan bis juga sampai ke pengajian. Banyak berpandangan karena agama dan adat ketimuran, ada juga karena politik. Kalau yang ini karena sang promotor nyapres pada tahun yang akan. Jadi, ada takut kesaingan politik di masa yang akan datang.
Gulir wacana pun merambat sampai pencampuran agama dan politik. Ini menarik karena ketika ada kelakuan kacau seorang politikus, dikaitkan dengan agamanya. Apalagi bila partai tersebut melabelkan diri dalam agama.
Terlepas dari semua wacana, ada yang mengherankan, kenapa yang demo itu tidak dari awal penetapan Indonesia sebagai tempat Miss World? Memang ada yang protes, tetapi itu seperti wacana. Tidak demo dan bersikap tegas pada penyelenggara bahwa kita (warga Indonesia) tidak mau menjadi tempat Miss World.
Kenapa tidak sejak awal menggalang kekuatan dari berbagai Ormas dan instansi untuk menolak Miss World? Kenapa baru sekarang? Toh, Miss World, Miss Hijab, Miss World Muslimah, dan miss-miss lain pada dasar seperti orang yang memamerkan raga perempuan dalam balutan iklan-iklan berproduk. Kalau alasan baju, bukannya di tempat yang diselenggarakan sekarang sudah terbiasa banyak wisatawan yang berbikini? Jadi, kalau mau tegas dan menolak harus sejak awal, bukan pada saat pesta sudah disiapkan, dan undangan sudah disebar.
Dan saya harap penolakan ini juga bukan hanya Miss World, tapi Miss Hijab, Miss Muslimah dan miss-miss lainnya juga harus ditolak.